RSS

Rabu, 20 Juli 2016

What A Shocking, TURKEY!


Yea, what a shocking Turkey... bagi penduduk asing yang baru pindah ke luar negeri harus selalu siap menghadapi segala kemungkinan culture shock yang akan di hadapi di negara tujuan. Begitu pula bagi saya, seorang Indonesia yang hidup di kalangan orang-orang yang terkesan ramah, sopan dan sangat menghormati orang yang lebih tua. Budaya makanan dan minuman yang ada di Indonesia yang berbeda. Bahkan ada beberapa perbedaan di negara dua benua ini yang mengejutkan bahkan membuat misscommunication bagi sebagian orang. Mau tahu apa saja kira-kira? Mari kita simak poin-poin di bawah ini sob!



1.      Makanan dan Minuman di Turkey

Makanan dan minuman di Turkey memang terkenal sebagai makanan sehat. Tampilan dan penyajiannya juga tak kalah menggoda untuk meningkatkan nafsu makan kita. Akan tetapi ketika suapan pertama anda melahapnya mungkin anda akan merasa makanan mereka sedikit kurang bumbu atau “hambar”. Andapun masih penasaran dan walhasil di suapan keduapun sama masih merasa hambar. Apakah lidah anda yang salah? Atau memang rasa dari makanan yang anda pesan begitu? Jawabannya adalah memang rasa makanan itu agak sedikit hambar bila dibandingkan dengan makanan Indonesia yang serba bumbu sob! Tak seperti Indonesia yang mengandalkan nasi sebagai kebutuhan makanan pokoknya sehari-hari, Turki menggunakan roti sebagai kebutuhan pokoknya sehari-hari. Bahkan jika mereka memakan nasi tetap saja disampingnya terdapat roti sob!
Sup khas Turki

Ayran





Dalam hal minuman mereka mengkonsumsi teh dalam jumlah yang banyak. Bagi orang turki çay1(baca : cay) termasuk kebutukan pokok sob! Maka dari itu jika kalian berkunjung ke Turki kalian bisa menemui teh di hampir seluruh restaurant. Ayran2 juga menjadi minuman khas Turki yang tak kalah populernya dengan çay. Minuman ini adalah campuran yogurt, air dan garam sob!



2.      Perbedaan Lajur Kemudi


Berbeda dengan Indonesia yang mengaplikasikan lajur kiri dengan pengemudi di sebelah kanan. Turki menerapkan lajur kanan dengan pengemudi di sebelah kiri. Perbedaan yang satu ini mungkin tak terlalu ketara efeknya. Namun tanpa disadari perbedaan yang satu ini berefek ketika akan menyebrang jalan sob! Hal ini berulang kali terjadi pada saya sendiri, ketika kita terbiasa menengok ke arah kanan atau kiri terlebih dahulu seperti itu juga reflex yang kemungkinan terjadi. Suatu hari ketika jalan yang tadinya kosong ketika saya melongok ke samping kanan dan melanjutkan perjalanan tiba-tiba ada mobil di belakang saya yang dikendarai ngebut dan mengklaksoni saya. Perlu hati- hati sob, lebih baik tengok kanan kiri biar aman.



3.      Budaya Jalan Kaki
Pejalan kaki di Turki


Di negara yang terkenal dengan mesjid birunya ini memiliki budaya berjalan kaki yang bisa terlihat dimana-mana sob! Meskipun angkutan transportasi banyak tersedia diberbagai tempat, akan tetapi dalam beberapa situasi kita memang dipaksa harus jalan kaki karena angkutan kendaraan tersebut tidak dapat menjangkau ke tempat yang kita tuju sob. Orang lokal disana juga terbiasa berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya jika jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh.



4.     Budaya “Mengambil Piring” Di Restaurant


Budaya mengambil piring di restaurant? Maksudnya apa? Di tanah air, jika makan di sebuah restaurant para pelayan di restaurant itu tak akan menghampiri kita, apalagi mengambil piring bekas makan kita sebelum kita selesai makan dan pergi dengan sendirinya dari tempat tersebut. Karena di negara kita mengambil piring tersebut dapat diartikan “ayo cepat pergi” atau secara simple berarti “mengusir”. Akan tetapi di Turki hal ini sangat lazim, bahkan para pelayan akan menunggu hingga saat makanan atau minuman kita habis. Ketika habis dengan cekatan mereka akan segera mengambilnya dari meja anda. Jangan kaget sob! Kalian ga diusir ko...



5.      Membanting Pintu


Memang tidak semua orang akan menutup pintu dengan cara membantingnya. Tak setiap saat juga mereka membanting-banting pintu mereka. Tapi tak jarang orang-orang Turki menutup pintu kecara keras hingga terkesan membantingnya. Di sini saat orang membanting pintu berarti menunjukkan pertanda “marah” atau “tidak suka” dengan sesuatu. Tetapi di tanah anatolia ini saat orang menutup pintu dengan cara membantingnya bukan berarti ia marah, bahkan perilaku ini tak memiliki arti apa-apa bagi mereka.



6.      Mengucapkan “Aamiin” Setelah Membaca Al-fatihaah Pada Waktu Shalat


Bagi umat islam jika sedang berada di tanah Al-Fatih ini mungkin ingin melakukan shalat berjamaah di masjid-masjid lokal yang berdiri disana. Pada rakaat pertama setelah membaca Al-fatihaah mungkin karena terlalu senang dan semangat seperti ketika di Indonesia anda akan mengucapkan “aamiin” dengan lantang. Hingga anda sadar sendiri bahwa hanya anda yang mengucapkan kata “aamiin” tersebut. Karena disana menyahuti Al-Fatihah dengan “aamiin” bukanlah hal yang lazim. Jadi disarankan untuk mengucap dengan nada kecil saja, sob. Kalau tidak bisa-bisa dilihatin sama orang sebelah.



7.      Jangan Panggil Saya Abla/Abi


Istilah panggilan akrab “kakak” untuk orang yang umurnya lebih tua meskipun satu tahun. Ketika berkenalan dengan orang Turki yang umurnya diatas saya, saya selalu reflex mengganti panggilan dengan istilah abla3 atau abi4. Mereka langsung menegur saya seraya berkata “apakah aku terlihat setua itu? Jangan panggil aku dengan sebutan abla, aku merasa seperti teyze5” begitu katanya. Sebenarnya perilaku serupa juga sudah mulai booming di Indonesia terutama di daerah metropolitan. Tetapi secara general Indonesia masih menerapkan panggilan “kakak” untuk orang-orang yang umurnya diatas dari si pembicara.



8.      Bertanya Kepada Orang Asing Dengan Bahasa Turki


Hal yang satu ini tak kalah menariknya sob. Di nusantara saat kita berpapasan dengan orang asing kita secara otomatis berpikir bahwa mereka tidak bisa bahasa Indonesia. Masyarakat kita terkadang dengan penuh penasaran ingin bertanya kepada orang asing tersebut atau sekedar hanya ingin menyapa mereka. Meski dikehidupan sehari-hari kita tak pernah menggunakan bahasa Inggris untuk berbicara. Pada saat berbicara dengan orang asing kita akan mencoba sebisa mungkin menggunakan bahasa inggris. Berbeda dengan orang Turki. Mereka tahu kita orang asing tetapi mereka akan tetap menggunakan bahasa Turki. Terkadang mereka ingin tahu dari mana asal kita dengan bertanya “Nerelisin sen?6”, “Türkçe biliyor musun?7”. Namun saat mereka mengerti bahwa kita tidak bisa bahasa Turki mereka akan pergi dengan sendirinya. Meski ada sebagian kecil dari mereka yang bisa berbahasa Inggris. 




            Sekian pembahasan kali ini tentang gambaran culture shock yang mungkin dialami oleh orang Indonesia saat di Turki. Namun perlu diingat juga bahwa culture shock yang dialami setiap orang yang pindah dari negara asalnya ke luar negeri akan selalu berbeda berdasar pribadi dan kebiasaan atau pola hidupnya.


***

1 : Teh/Tea

2 : Nama minuman khas Turki terbuat dari yogurt yang dicampur air dan garam/Turkish beverage made from yogurt mixed with mineral water and salt

3 : Panggilan setara “kakak” untuk perempuan/ Equal to “sister” term for those who older than speaker

4 : Panggilan setara “kakak” untuk laki-laki/ Equal to “brother” term for those who older than speaker

5 : Tante/ Aunt

6 : Kamu orang mana?/ Where are you from?

0 komentar: